Pasar Tradisional dan Pasar Modern
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari
Protes yang dilakukan para peritel berkantong tipis tersebut sebenarnya lebih ditujukan kepada pemerintah, baik pusat maupun daerah, sebagai pengambil kebijakan untuk mengatur persaingan yang lebih fair. Memang, setelah peritel kelas kakap saling tidak mau kalah dalam mengembangkan bisnisnya di berbagai tempat, termasuk ke wilayah permukiman melalui minimarket, tidak sedikit pengecer atau toko kelontong yang merasa omset penjualannya menurun.
Keberadaan pasar, khususnya yang tradisional, merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Pemerintah harus concern terhadap keberadaan pasar tradisional sebagai salah satu sarana publik yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Perkembangan jaman dan perubahan
Karakter/Budaya Konsumen. Meskipun informasi tentang
Revitalisasi Pasar Tradisional. Pemerintah seharusnya serius dalam menata dan mempertahankan eksistensi pasar tradisional. Pemerintah menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Perhatian pemerintah tersebut dibuktikan dengan melakukan revitalisasi pasar tradisional di berbagai tempat. Target yang dipasang sangat sederhana dan menyentuh hal yang sangat mendasar. Selama ini pasar tradisional selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek serta bau, dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Gambaran pasar seperti di atas harus diubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi pengunjung. Dengan demikian masyarakat dari semua kalangan akan tertarik untuk datang dan melakukan transaksi di pasar tradisional.
Regulasi. Pemerintah memang mempunyai hak untuk mengatur keberadaan pasar tradisional dan pasar modern. Tetapi aturan yang dibuat pemerintah itu tidak boleh diskriminatif dan seharusnya justru tidak membuat dunia usaha mandek. Pedagang kecil, menengah, besar, bahkan perantara ataupun pedagang toko harus mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha.
Persaingan antar peritel di
PENELITIAN DAMPAK KEBERADAAN PASAR MODERN
(SUPERMARKET DAN HYPERMARKET)
TERHADAP USAHA RITEL
KOPERASI/WASERDA DAN PASAR TRADISIONAL
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
wisatawan manca negara sekitar 5 juta per tahun merupakan pasar yang empuk
bagi peritel nasional maupun peritel asing. Memang banyaknya jumlah
penduduk merupakan faktor utama berhasil tidaknya pasar ritel. Di Indonesia diterapkan sebagai upaya untuk menjaga kelangsungan usaha ritel yang
dikelola oleh koperasi/waserda, pasar tradisional, dan PKM;
1.3 Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk :
(1) Mengidentifikasi posisi pasar tradisional dan pasar modern (supermarket
dan hypermarket) dari aspek kelembagaan dan peraturan perundangundangan
yang berlaku;
(2) Mengetahui dampak kehadiran pasar modern (supermarket dan
hypermarket) terhadap usaha ritel yang dikelola oleh koperasi/waserda,
pasar tradisional, dan PKM;
(3) Menyusun suatu konsep pemberdayaan usaha perdagangan ritel yang
dapat diterapkan koperasi/waserda, pasar tradisional, dan PKM.
b. Manfaat
Penelitian ini bermanfaat untuk :
(1) Mengetahui kondisi atau potret pasar modern, waserda koperasi dan
pasar tradisonal.
(2) Mengevaluasi dan mendistribusikan dampak keberadaan pasar modern.
(3) Menyusun konsep pengembangan waserda koperasi dalam mengelola
usaha ritel, dikaitkan dengan keberadaan pasar modern dan pasar
tradisional.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Landasan Teori
1. Pengertian Pasar Tradisional dan Pasar Modern
Selanjutnya Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar
yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan
perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan
yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah
ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store,
shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba
ada dan sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang
beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga
menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang
relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat
sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak.
Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di
gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang
pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak). Pasar modern
juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin udara yang memadai.
3.1 Metode Kerja
Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode dan
pendekatan partisipatif. Semua tenaga ahli dilibatkan dalam setiap tahapan
kerja. Dengan pendekatan ini, pembahasan hasil analisis dapat dilakukan
secara lebih komprehensif.
3.2 Wilayah Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini mengambil sampel pada 10 wilayah
(propinsi) kajian, yaitu : (1) Sumatera Utara, (2) Sumatera Selatan, (3) Jambi,
(4) Jawa Barat, (5) DKI
Sulawesi Selatan, dan (10) Sulawesi Utara.
Objek kajian terdiri dari : (1) Pasar tradisional, (2) Koperasi/waserda, (3) UKM
sektor ritel, (4) Pasar modern dan (5) Instansi terkait (sumber data pelengkap).
Tabel 1. Sebaran dan Objek Sampel
3.3 Metode Penggalian Data
No | Wilayah kajian | | | Objek kajian | | |
| | PT | Koperasi | UKM | PM | IT |
1 | Sumatera Utara | O | O | O | O | O |
2 | Sumatera Selatan | O | O | O | O | O |
3 | Jambi | O | O | O | O | O |
4 | Jawa Barat | O | O | O | O | O |
5 | DKI | O | O | O | O | O |
6 | Jawa Tengah | O | O | O | O | O |
7 | Jawa Timur | O | O | O | O | O |
8 | | O | O | O | O | O |
9 | | O | O | O | O | O |
10 | | O | O | O | O | |
Keterangan :
PT : Pasar Tradicional
Kop : Koperasi (Waserda)
UKM : Usaha Kecil dan Menengah sektor riel
PM : Pasar Modern
IT : Instansi Terkait
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sekaligus untuk menjawab
beberapa pertanyaan sebagaimana dirumuskan dalam identifikasi masalah,
ditempuh dengan menggunakan beberapa metode analisis. Metode dan teknik
analisis data ádalah sebagai berikut :
1) Identifikasi masalah I dan identifikasi masalah III dianalisis dengan
menggunakan metode analisis deskriptif, ialah analisis yang dilakukan
dengan mengeksplorasi data secara deskriptif. Dalam metode ini,
eksplorasi data lebih banyak menggunakan pendekatan kualitatif.
2) Identifikasi masalah II dianalisis dengan menggunakan metode statistika
dengan bantuan software SPSS versi 11.5
a. Untuk menjawab sub masalah ke-1, teknik statistika yang digunakan
adalah univariate analysis, yaitu Mann Whitney U dan t-test. Untuk
menggunakan teknik ini terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data
dengan menggunakan metode one-sample Kolmogorov-Smirnov
b. Untuk menjawab sub identifikasi masalah ke-2 dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi logistik (logit regression). Alasan
pemilihan metode ini mengingat variabel independent (Y) memiliki
karakteristik biner, yaitu keputusan untuk memilih berbelanja di pasar
tradisional (YA) atau di pasar modern (YB).
Persamaan umum model Regresi Logistik adalah :
r = 1
1 + e - (Bo + BiXi + ....... + BnXn)
dimana
r= Probabilitas keputusan konsumen untuk membeli/berbelanja dipasar
modern atau pasar tradisional
e = logaritma natural
Bo = konstanta
Bi-Bn = koefisien regresi logistik
Xi-Xn = variabel-variabel penelitian
GJ!
BalasHapus