Sabtu, 05 Juni 2010

Pasar Tradisional dan Pasar Modernn

Pasar Tradisional dan Pasar Modern

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tetapi sudah merambah sampai kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai minimarket, supermarket bahkan hipermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun di balik kesenangan tersebut ternyata telah membuat para peritel kelas menengah dan teri mengeluh. Mereka dengan tegas memprotes ekspansi yang sangat agresif dari peritel kelas besar itu.

Protes yang dilakukan para peritel berkantong tipis tersebut sebenarnya lebih ditujukan kepada pemerintah, baik pusat maupun daerah, sebagai pengambil kebijakan untuk mengatur persaingan yang lebih fair. Memang, setelah peritel kelas kakap saling tidak mau kalah dalam mengembangkan bisnisnya di berbagai tempat, termasuk ke wilayah permukiman melalui minimarket, tidak sedikit pengecer atau toko kelontong yang merasa omset penjualannya menurun.

Keberadaan pasar, khususnya yang tradisional, merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Pemerintah harus concern terhadap keberadaan pasar tradisional sebagai salah satu sarana publik yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup yang dipromosikan begitu hebat oleh berbagai media telah membuat eksistensi pasar tradisional menjadi sedikit terusik. Namun demikian, pasar tradisional ternyata masih mampu untuk bertahan dan bersaing di tengah serbuan pasar modern dalam berbagai bentuknya. Kenyataan ini dipengaruhi oleh beberapa sebab.

Karakter/Budaya Konsumen. Meskipun informasi tentang gaya hidup modern dengan mudah diperoleh, tetapi tampaknya masyarakat masih memiliki budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja ke pasar tradisional. Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern. Perbedaan itulah adalah di pasar tradisional masih terjadi proses tawar-menawar harga, sedangkan di pasar modern harga sudah pasti ditandai dengan label harga. Dalam proses tawar-menawar terjalin kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja di pasar modern.

Revitalisasi Pasar Tradisional. Pemerintah seharusnya serius dalam menata dan mempertahankan eksistensi pasar tradisional. Pemerintah menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Perhatian pemerintah tersebut dibuktikan dengan melakukan revitalisasi pasar tradisional di berbagai tempat. Target yang dipasang sangat sederhana dan menyentuh hal yang sangat mendasar. Selama ini pasar tradisional selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek serta bau, dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Gambaran pasar seperti di atas harus diubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi pengunjung. Dengan demikian masyarakat dari semua kalangan akan tertarik untuk datang dan melakukan transaksi di pasar tradisional.

Regulasi. Pemerintah memang mempunyai hak untuk mengatur keberadaan pasar tradisional dan pasar modern. Tetapi aturan yang dibuat pemerintah itu tidak boleh diskriminatif dan seharusnya justru tidak membuat dunia usaha mandek. Pedagang kecil, menengah, besar, bahkan perantara ataupun pedagang toko harus mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha.

Persaingan antar peritel di Indonesia sebenarnya tidak sesederhana yang dibayangkan orang. Persaingan tidak hanya terjadi antara yang besar melawan yang kecil, melainkan juga antara yang besar dengan yang besar, serta yang kecil dengan yang kecil. Pemerintah sebagai regulator harus mampu mewadahi semua aspirasi yang berkembang tanpa ada yang merasa dirugikan. Pemerintah harus mampu melindungi dan memberdayakan peritel kelas teri karena jumlahnya yang mayoritas. Di lain pihak, peritel besar pun mempunyai sumbangan besar dalam ekonomi. Selain menyerap tenaga kerja, banyak peritel besar yang justru memberdayakan dan meningkatkan kualitas ribuan pemasok yang umumnya juga pengusaha kecil dan menengah. Belum lagi konsumen yang kian senang menjadi raja yang dimanja. Bagi pemerintah, mencari keseimbangan antara yang besar dan yang kecil ini memang tidak mudah.

PENELITIAN DAMPAK KEBERADAAN PASAR MODERN

(SUPERMARKET DAN HYPERMARKET)

TERHADAP USAHA RITEL

KOPERASI/WASERDA DAN PASAR TRADISIONAL

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta, ditambah kunjungan

wisatawan manca negara sekitar 5 juta per tahun merupakan pasar yang empuk

bagi peritel nasional maupun peritel asing. Memang banyaknya jumlah

penduduk merupakan faktor utama berhasil tidaknya pasar ritel. Di Indonesia diterapkan sebagai upaya untuk menjaga kelangsungan usaha ritel yang

dikelola oleh koperasi/waserda, pasar tradisional, dan PKM;

1.3 Tujuan dan Manfaat

a. Tujuan

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk :

(1) Mengidentifikasi posisi pasar tradisional dan pasar modern (supermarket

dan hypermarket) dari aspek kelembagaan dan peraturan perundangundangan

yang berlaku;

(2) Mengetahui dampak kehadiran pasar modern (supermarket dan

hypermarket) terhadap usaha ritel yang dikelola oleh koperasi/waserda,

pasar tradisional, dan PKM;

(3) Menyusun suatu konsep pemberdayaan usaha perdagangan ritel yang

dapat diterapkan koperasi/waserda, pasar tradisional, dan PKM.

b. Manfaat

Penelitian ini bermanfaat untuk :

(1) Mengetahui kondisi atau potret pasar modern, waserda koperasi dan

pasar tradisonal.

(2) Mengevaluasi dan mendistribusikan dampak keberadaan pasar modern.

(3) Menyusun konsep pengembangan waserda koperasi dalam mengelola

usaha ritel, dikaitkan dengan keberadaan pasar modern dan pasar

tradisional.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Landasan Teori

1. Pengertian Pasar Tradisional dan Pasar Modern

Selanjutnya Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar

yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan

perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan

yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah

ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store,

shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba

ada dan sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang

beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga

menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang

relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat

sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak.

Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di

gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang

pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak). Pasar modern

juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin udara yang memadai.

3.1 Metode Kerja

Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode dan

pendekatan partisipatif. Semua tenaga ahli dilibatkan dalam setiap tahapan

kerja. Dengan pendekatan ini, pembahasan hasil analisis dapat dilakukan

secara lebih komprehensif.

3.2 Wilayah Penelitian

Pelaksanaan kegiatan penelitian ini mengambil sampel pada 10 wilayah

(propinsi) kajian, yaitu : (1) Sumatera Utara, (2) Sumatera Selatan, (3) Jambi,

(4) Jawa Barat, (5) DKI Jakarta, (6) Jawa Tengah, (7) Jawa Timur, (8) Bali, (9)

Sulawesi Selatan, dan (10) Sulawesi Utara.

Objek kajian terdiri dari : (1) Pasar tradisional, (2) Koperasi/waserda, (3) UKM

sektor ritel, (4) Pasar modern dan (5) Instansi terkait (sumber data pelengkap).

Tabel 1. Sebaran dan Objek Sampel

3.3 Metode Penggalian Data

No

Wilayah kajian

Objek kajian

PT

Koperasi

UKM

PM

IT

1

Sumatera Utara

O

O

O

O

O

2

Sumatera Selatan

O

O

O

O

O

3

Jambi

O

O

O

O

O

4

Jawa Barat

O

O

O

O

O

5

DKI Jakarta

O

O

O

O

O

6

Jawa Tengah

O

O

O

O

O

7

Jawa Timur

O

O

O

O

O

8

Bali

O

O

O

O

O

9

Sulawesi Selatan

O

O

O

O

O

10

Sulawesi Utara

O

O

O

O

Keterangan :

PT : Pasar Tradicional

Kop : Koperasi (Waserda)

UKM : Usaha Kecil dan Menengah sektor riel

PM : Pasar Modern

IT : Instansi Terkait

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sekaligus untuk menjawab

beberapa pertanyaan sebagaimana dirumuskan dalam identifikasi masalah,

ditempuh dengan menggunakan beberapa metode analisis. Metode dan teknik

analisis data ádalah sebagai berikut :

1) Identifikasi masalah I dan identifikasi masalah III dianalisis dengan

menggunakan metode analisis deskriptif, ialah analisis yang dilakukan

dengan mengeksplorasi data secara deskriptif. Dalam metode ini,

eksplorasi data lebih banyak menggunakan pendekatan kualitatif.

2) Identifikasi masalah II dianalisis dengan menggunakan metode statistika

dengan bantuan software SPSS versi 11.5

a. Untuk menjawab sub masalah ke-1, teknik statistika yang digunakan

adalah univariate analysis, yaitu Mann Whitney U dan t-test. Untuk

menggunakan teknik ini terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data

dengan menggunakan metode one-sample Kolmogorov-Smirnov

b. Untuk menjawab sub identifikasi masalah ke-2 dilakukan dengan

menggunakan analisis regresi logistik (logit regression). Alasan

pemilihan metode ini mengingat variabel independent (Y) memiliki

karakteristik biner, yaitu keputusan untuk memilih berbelanja di pasar

tradisional (YA) atau di pasar modern (YB).

Persamaan umum model Regresi Logistik adalah :

r = 1

1 + e - (Bo + BiXi + ....... + BnXn)

dimana

r= Probabilitas keputusan konsumen untuk membeli/berbelanja dipasar

modern atau pasar tradisional

e = logaritma natural

Bo = konstanta

Bi-Bn = koefisien regresi logistik

Xi-Xn = variabel-variabel penelitian

1 komentar: